Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2011

Cerpen Remaja

Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya Oleh: RESI SUSANTI Ini bukan pertama kalinya aku melihat Dara duduk sendirian di kelas, dimana semua anak telah keluar kelas membeli pengganjal perut. Pemandangan seperti ini memang ta asing lagi bagi setiap anak yang sekolah di pertigaan pusat kota tersebut. Pasalnya Dara memang punya kebiasaan menyendiri. Menurutku ini bukanlah kebiasaan, tapi lebih cocok dikatakan minder. Dari segi fisik, Dara tidak jauh beda dari anak-anak yang lain. Dara berparas manis dengan kelengkapan anggota tubuhnya. Hanya saja sebuah problematika membuatnya harus jauh dari kedamaian hidup bersama khalayak ramai. Semua orang mengusik kehidupan masa lalu keluarganya. Sehingga keadaan itulah yang membuatnya dijauhi orang banyak. Sungguh tak adil memang, kesalahan itu bukan perbuatannya. Namun tak ada yang mengerti akan hal itu. Sehingga berimbas pada kehidupannya. Penyendirian kali ini berbeda dari sebelumnya. Ada sebuah ketakutan di raut wajahnya. Ketakutan yang

KAYA APANYA?

Oleh: RESI SUSANTI Lalu lalang oplet-oplet di perempatan jalan itu dihiraukan begitu saja oleh Deanova yang duduk terpaku di sebuah bangku lusuh yang tak bertuan. Tak terlihat respon apapun dari Dea terhadap oplet-oplet tersebut. Entah apa yang dia tunggu di tengah keramaian itu. Ia tampak muram dan lesu. Bias wajahnya tak bercahaya dan tak bergairah. “Dea...” Opi mengagetkan Dea sambil memukul pundak Dea. “astaghfirullahal’adziim...” refleks Dea kaget. “Hai Pi, pakabar?” “Baik, By The Way ada apa melamun pagi-pagi gini? Idih gue gemes deh liat loe” tiba-tiba Opi mencubit pipi Dea. “Sudah berapa bulan kita gak pernah bertemu? Jadi kangen.” “Berapa bulan ya? Hitung aja sendiri!” “Idih galaknya.” “Kangen sih kangen, pipi orang jangan jadi korban dung!” “Iya... iya...” “Heh Loe gak berangkat skul?” “Tentu dong, student gitu loh.” “Mentang-mentang ni ya sekolah di sekolah favorit jadi sombong dan PD abis gitu. Hmm... By The Way loe tambah kuning aja.” “Hahaha
CINTA DI UJUNG JALAN Oleh RESI SUSANTI Di hari pernikahan yang seharusnya menjadi momen penting bagi setiap orang, justru ku rasakan malah sebaliknya. Pria idaman yang ku harapkan menjadi pelabuhan terakhir hati yang kini entah apa kabarnya. Janji terpatri mencapai mahligai istana sebagai puncak terakhir cinta hanya impian belaka. “saat langit masih biru, harapan telah kelabu. Dia hilang bagai ditelan bumi. Kota Jakarta, kota keras yang mencekam telah melenyapkannya. Ataukah wanita disana telah menggaet hatinya? Sehingga dia menemukan penggantiku dan melupakan aku.” “Jika kita jodoh, Allah lah yang akan menyatukan kita. Kepergian Abang untuk mengejar cita-cita dan memperbaiki ekonomi keluarga. Ini demi masa depan kita juga kelak kita bahagia bersama.” Untaian kata-kata yang menanamkan perih sampai ke ulu hati semakin bertambah sakit dengan sepoi-sepoi angin yang meriakan buih di tepi pantai itu. Karna tempat ini mengingatkanku pada Indra saat bersama melalui waktu di kal

METAMORFOSIS

Gambar
Dengan langkah gontai dan tertatih, kutelusuri jalan di hadapanku. Sebuah jalan yang harus ku tempuh, tak berarah dan luas seperti Padang pasir yang tandus dan gersang. Tiba-tiba cincin leherku naik turun, mataku mulai kabur sehingga ku tak mengerti jalan yang ku tempuh. Ku tak tahu sampai dimana aku. “Aku haus...... haus sekali, kemana aku harus melangkah untuk mendapatkan seteguk air? Jalan ini serasa tak berujung, tak memiliki arah yang harus ku tempuh. Ke arah mana ku harus berjalan? Siapa yang dapat menolongku? Haus... kerongkongan ini seakan menusuk-nusukku.” Di tengah keputus asaan menelangsaku, ku lihat secercah cahaya yang menyilaukan mataku. “Air, itu air... akhirnya ku temukan juga pelepas dahaga ini. Alhamdulillah.” Ku telusuri sumber cahaya itu. Aku semakin bersemangat. Aku terus berjalan dengan cepat bahkan semakin cepat. Tapi apa yang terjadi? “Kemana air itu? Kemana? Aku lelah menelusuri jalan ini, tapi mengapa secercah cahaya itu tak kunjung juga ku capai? Ada apa in

MENYAKITKANKAH?

Cinta pertama..... Aku tak pernah tahu kapan cinta itu datang pada hari-hariku? Sudah bayak kumbang yang menghampiri, namun tak sedikitpun ku menaruh hati. Entah apa yang terjadi? Rasa itu tak pernah ku tahu? Sedikit kutelusuri kisah demi kisah sahabat-sahabatku tentang cinta pertama mereka. Namun sampai saat ini aku tetap saja tak mengerti. Akankah cinta itu juga akan sampai padaku? “Hei-hei lihat itu!” “Apaan?” “Cowok yang pake motor gede itu? Huu... kerennya.” “Mana?” “Itu, tu!” “Hah, kalian ini. Baru liat cowok gitu aja dah klepek-klepek. Keren darimana? Orang dia biasa aja.” “Kamu mana bisa bedakan cowok ganteng, keren dan borju. Dari dulu juga kamu anggap semua cowok itu biasa aja, gak ada istimewanya. Padahal dah banyak cowok yang pedekate dan nembakin kamu. Jadi gak usah kasih penilaian ye!” “Iya nih, gak bisa lihat temennya senang. BTW semua cowok gak ada istimewanya...? Jangan-jangan kamu...?” “Jangan mulai deh!” bantahku kesal. Teman-temanku selalu m