Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Psikologi Anak

JANGAN PELIT DENGAN PUJIAN Satu hal yang masih banyak belum dipahami oleh seorang guru ketika menyambut anak / bertemu dengan anak yang sudah lama tidak dilihatnya karena sering bolos dan cabut. Mungkin sahabat sering mendengar sapaan hangat yang sering disampaikan guru, sapaan yang tanpa kita sadari berakibat pada jatuhnya mental dan kepercayaan diri seorang anak, "Ha, lai iduik juo ang lai?" Pertanyaan tersebut tak hanya satu atau dua guru saja yang melayangkan kepada anak ini. Tapi hampir setiap guru, dan guru-guru tersebut mulai membicarakan prilaku-prilaku buruk anak tersebut didepan semua guru, bahkan didepan guru PL sekalipun dan didepan anak yang brsangkutan. “Mang nyo awak lah mati dek Buk.” “Yo lah lamo ndak nampak batang hiduang wak.” Terkadang awal masuk sekolah, tujuannya untuk berubah. Tapi karena sambutan gurunya seperti itu, hatinya enggan untuk masuk sekolah lagi. Dari ilmu psikologi anak yang sering saya baca, "Jgn sekali-kali membicarakn ti

Berbagi Cerita Berbagi tentang Cinta

Teori Tak Pernah Sama Dengan Praktek di Lapangan 10 september 2012 Hari ini hari pertama memasuki kelas yang akan aku ajar selama pengalaman lapangan kependidikan (PLK). Hmm dek-dekan pastinya. Namun masih ada waktu untuk mempersiapkan mental barang agak 1 jam lebih. Pasalnya setiap senin pagi sekolah ini mengadakan upacara bendera. Upacara bendera yang ku lihat pagi ini sangat heboh, disetiap penjuru barisan anak-anak berbicara sehingga terjadi kebisingan. Jika mereka menyadari perjuangan pahlawan dalam merebut kemerdekaan, mungkin mereka tidak akan pernah seperti ini saat upacara bendera, pasti mereka akan sangat menghargai dan mengerti makna upacara bendera yang sesungguhnya. Setelah upacara bendera usai, kelas pertama yang ku masuki adalah kelas VII 6, siswa di kelas ini sangat peribut. Mereka tidak peduli guru mereka sudah berada di depan kelas mereka. Yang berjalan-jalan di kelas, tetap saja berjalan-jalan. Yang bernyanyi tetap saja bernyanyi, yang menggendang meja, asyi

Catatan Harianku

CITA-CITAKU Masih teringat jelas ketika masih kecil dulu, cita-citaku begitu kecil dan begitu tak berharga di mata orang lain. Semua tersenyum mengejek atas apa yang aku inginkan. Ejekan tersebut bukanlah suatu hal yang menyatakan aku takkan mungkin mendapatkannya tapi karena gajinya yang rendah dan tidak bergengsi. Apakah cita-citaku di kala itu?? Mari kita ulas dari mula keinginanku untuk mencapainya. Waktu berumur lima tahun lebih, semua saudara-saudaraku diserahkan mengaji oleh mama. Di kala itu tempat mengaji masih lah di rumah penduduk. Ya tetanggaku membuka pintu rumahnya dengan senang hati untuk menerima anak-anak yang belajar mengaji dengan konsekuensi bayaran perbulannya telah ditetapkan, per bulannya hanya Rp. 250. Disini metode belajar mengaji masih menggunakan yang namanya surat alif. Kita terlebih dulu dikenalkan dengan huruf-huruf hijaiyah tanpa baris. Setelah itu baru lanjut dengan huruf hijaiyah dengan baris. Sungguh metode yang monoton. Masih saja banyak anak-

CURHATKU

Septemberku 04 September 2012 Waktu terasa berjalan begitu cepat, ya satu bulan lebih telah berlalu. Rasanya baru kemaren aku bertemu dengan adikku yang setahun lalu meninggalkanku untuk melanjutkan studinya. Sekarang adikku harus balik lagi ke Yogyakarta bertepatan dengan hari pertamaku Praktek Lapangan Kependidikan di Pariaman. Huh, sedih sangat rasanya tak bisa menikmati waktu-waktu penghabisan berjumpa dengan adikku saat itu. Pasalnya aku harus segera ke Pariaman, sendiri lagi. Mau tak mau aku harus sedikit memperlambat mengendarai motor kesayanganku karena ku tak ingin membuat kedua orang tuaku mengkhawatirkanku. Setiap saat mataku menjurus ke ponsel, kegelisahan mulai merongrong otakku. “ Huh lama banget mama dan adikku di dalam,” umpatku dalam hati. Bathinku mulai tak tenang, pasalnya sekarang Hp ku sudah menunjukkan pukul 08.30 WIB. Itu artinya aku harus bersegera melaju ke Pariaman. Ketidak tenangan ini barangkali disebabkan juga karena tidak tahunya aku tentang med