Postingan

Curhat Story

  Catatan Hati Buat Pria Baik Hati Wahai pria-pria baik, terima kasih pernah singgah, berusaha memahami dan mengenalku. Walau pada akhirnya kita akan menjadi dua orang asing kembali. Izinkan aku meminta maaf pada akhirnya aku memilih untuk tidak meneruskan pada jenjang pernikahan. Setiap Perempuan berhak memilih laki-laki mana dan seperti apa yang akan dijadikannya pendamping. Jangan paksakan hatimu. Insya Allah aku selalu melibatkan Allah dalam mengambil keputusan. Ketika hatiku tidak mantap, mengapa harus dipaksakan? Aku yakin segala sesuatu yang ditetapkan Allah itu baik untuk hidup kita. Ketika sudah istikharah, hati tidak yakin, kenapa harus dipaksakan? “Ya Allah, jika aku tidak berjodoh dengannya, jodohkanlah ya Allah!” itu Namanya ngeyel. Ketika tetap dijalani, kemudian terluka, apa harus menyalahkan takdir yang diberikan Allah? Jadi sudahilah, gak usah dipaksakan jika jawaban istikharahku bukan kamu. Bukan merasa diriku paling baik, tidak. Aku hanya manusia biasa yang

Dia Pulang

     Dia Pulang Hari ini pikiranku masih terombang-ambing antara mudik dan tidak mudik. Pasalnya harapan naik pesawat pulang ke Padang pupus sudah. Di awal ragu-ragu mau mesen tiket apa tidak, yang akhirnya tiketpun habis. Lamunan mulai menggodaku mengingat masa lalu. Ah Kota Padang terasa begitu dekat. Jauh-jauh hari kita sudah mempersiapkan dan merencanakan pulang lebaran ke Padang. Biasanya hanya menungguku libur sekolah. Tepat pada hari terakhir sekolah, malamnya kita langsung berangkat. Tidak pernah galau seperti ini untuk melangkah antara mudik dan tak mudik. Seiring mata dan pikiran yang lelah, akupun tertidur dengan sendirinya. Tidur yang nyaman dan nikmat. “Masya Allah... rumah jadi bersih begini. Galeri pun rapi dan bersih. Siapa lagi kalau bukan suamiku yang merapikannya,” bathinku. Betapa bahagia hati ini mengetahui ia pulang. “Alhamdulillah... Akhirnya suamiku pulang. Sebegitu khusyuknya ia beribadah (I’tikaf) sampai lupa pulang, lupa istri, lupa menemuiku, lup

Cerpen: Jilbab Bolong

  Jilbab Bolong Hari ini jiwaku terlalu sibuk mengingat-ingat apa yang terjadi tadi pagi. Entah mengapa benda panas itu terjatuh tepat di jilbab kesayanganku. Jilbab yang senantiasa menemani hari-hariku menjalani tugas negara. Jilbab kesayangan yang kupakai dua tahun terakhir ini. Ada penyesalan yang tidak bisa hilang dalam hati dan pikiranku. Mau beli lagi, tapi sudah tidak ada yang menjual dengan bentuk dan warna yang sama. Lamunan demi lamunan tersirat jelas dari wajahku yang murung. Mengapa ketika aku melakukan kesalahan, selalu sulit untuk aku lupakan? Penyesalan ini benar-benar mengganggu aktifitasku. Kehilangan sesuatu yang kita sayangi itu berat. Bahkan lebih berat daripada rindu. Jantung masih saja berdegup kencang. Jangan pikir karena akan bertemu seseorang yang disukai terus dek-dekan! Tidak, tapi lebih tepatnya rasa bersalah dan gelisah atas insiden tadi pagi. “Apa yang akan terjadi setelah ini? Kenapa hatiku tak kunjung tenang?” bathinku. Kulewati pagi dengan