Cerita Hidupku "Uniknya hari ini"

UNIKNYA HARI INI
12061988-12062011
Setiap tanggal 12 juni selalu memberikan kesan yang berbeda setiap tahunnya. Ku buka lembar demi lembar catatan kecil yang selalu menemani hariku setiap waktu, aku jadi tertawa geli. Bagaimana tidak, hari ini sangat mengesankan dalam hidupku sepanjang tahun yang ku jalani.
12061999
Tahun ini aku tepat berada di kelas lima SD. Hari ini hari yang sangat mendebarkan bagiku. Seapik apapun mereka menyembunyikannya, aku tetap mencium kejanggalan dari teman-temanku. Mereka berbisik-bisik dan selalu berpolah yang membuatku kesal. Aku ingat hari ini hari kelahiranku di Rapor. Setumpuk bahan-bahan yang sedikit menyiksa telah mereka persiapkan untukku. Aku tak bisa mereka kibuli lagi. Dapat ku bayangkan terdapat beberapa butir telur, sebotol air blau pewarna baju dan air-air busuk lainnya.
Hmmm,,, cuih pasti busuk banget jika mereka sampai menimpalku dengan bahan-bahan itu. Hatiku sangat lega karena keyakinanku "Mereka tak kan mampu mengerjaiku." Pelajaran terakhir hari ini adalah Arab Melayu, pelajaran yang sangat dibenci teman-temanku.
“Aha, ide cemerlang. Buk Marlis tak mungkin membiarkan kita cepat pulang tanpa menyelesaikan tugas terlebih dahulu. Bukan Buk Marlis namanya jika tidak memberikan tugas,” aku bahagia dengan keadaan ini karena aku sangat menyenangi pelajaran Arab Melayu. Setiap minggu akulah pengumpul tugas pertama dan bagi yang telah siap, diizinkan pulang duluan.
Dengan semangat berapi-api ku langkahkan kaki menuju meja guru, tepat Buk Marlis sedang bersandar.
“Buk sudah selesai Buk. Silahkan diperiksa Buk!”
“Yap sudah betul semua.”
“Boleh pulang Buk?”
“Ya, silahkan!” seisi kelas mulai hiruk pikuk dengan kecepatanku mengerjakan tugas.
“Diam-diam!!!” Buk Marlis mulai emosi. “Bagi yang sudah selesai, kumpulkan ke depan dan boleh pulang.”
“Belum Buk,” serentak semua teman menjawab pertanyaan bu Marlis.
“Hai, Si jangan pulang dulu! Barengan napa? Ajarkan aku dulu!”
“Sory kali ne gak ya. Bukannya pelit, tapi aku sudah tau akal bulus kalian. Ingat ya jika kamu ikut-ikutan menimpali aku dengan bahan-bahan busuk itu, seumur hidup aku tak kan menegurmu!”
“Ih sadisnya.”
“Bukan hanya sadis, tapi lebih sadis. Selamat tinggal teman-teman! Aku pulang dulu ya,” arogansi mulai menemaniku.
“Huh mereka pikir mereka siapa? Mana bisa mengerjaiku, seenaknya saja,”  hatiku mulai angkuh.
Aku telusuri jalan setapak yang selalu ku lewati setiap harinya pergi dan pulang sekolah dengan riangnya. Tiba-tiba hatiku tergerak menoleh ke belakang.
“Hah gila, bagaimana mereka secepat ini menyelesaikan tugas dari Buk Marlis. Tak seperti biasanya, Buk marlis tak mungkin membiarkan siswanya pulang tanpa menyelesaikan tugas. Berarti aku harus kabur,” segera ku berlari secepat kilat menghilang dari pandangan mereka.
“Kamu sih pake cara nongol segala. Orang dah susah payah ngumpet mengikuti Resi, eh ne orang nongol begitu saja. Kaburkan tuh anak.”
“Iya maaf, tapi dia kan cewek. Mana mungkin bisa kabur secepat itu. Pasti masih dekat dari sini, ayo kita kejar!”
“Waduh gila banget neh teman-teman, lari mereka kencang semua lagi. Waaaa.....” jantungku berpacu keras bersamaan dengan kecepatan lariku.
“Eh Ibuk, hahah... hah... hah...”
“ada apa Resi ngos-ngosan gitu?”
“Iya neh Buk habis lari-larian. Elvinya ada gak Buk?”
“Elvi? Oh dia lagi keluar beli perlengkapan warung.”
“Wah gawat, pasti mereka semakin dekat. Buk, aku numpang ngumpet ya? Ntar kalo ada yang nyari-nyari aku, bilang aja aku sudah lewat!” huh terpaksa aku suruh Mama temanku untuk berbohong. Biarlah dari pada aku harus mandi dengan sesajian tujuh ragam. Parah banget tu baunya. Ikhhhh....”
“Buk, tadi lihat cewek gak pake baju sekolah, rambutnya panjang terurai, tingginya segini,” Ramadhani akbar sedang mendiskripsikan ciri-ciriku kepada Mama temanku tadi sambil menunjuk bahunya.
“Huh Dhani, selalu saja mengejekku. Mentang-mentang dia lebih tinggi dariku,” gerutuku dari dalam rumah ibuk tadi.
“Iya Buk, namanya Resi Buk, kulitnya kaliang.”
“Ikhhh ini yang lebih parah, coba saja aku disana sudah ku tonjok si mawar. Emang dia putih apa? Pake bilang aku kaliang segala. Padahal lebih hitaman kulit dia. Dari dulu dia gak pernah memanggilku dengan sebutan namaku. Selalu saja ‘Kaliang’. Keselllll....”
“Hush, jangan ada yang bersuara. Gini saja....” mereka berembuk dan berkeliling seolah-olah berada pada lingkaran konferensi meja bundar. Sehingga akupun tak mendengar percakapan mereka.
“Ya sudahlah, kita pulang saja! Paling juga Resi sudah sampai rumah.”
“Alhamdulillah,,, akhirnya mereka nyerah juga. Hmmm Resi dilawan.”
“Mereka sudah pergi Buk?” Mama temanku sedikit terbata menjawab pertanyaanku dan anehnya aku tak sedikitpun berfirasat.
“Hah, mau lari kemana? Pake ngumpet sagala.”
Plokkk.... plokkkk... plok.... sebutir demi sebutir telur menemplok dan bertengger di atas kepalaku seolah-olah aku ini wijan tempat penggorengan. Bau amis mulai merangsang saraf hidungku dan seketika rasa muak ngeloyor perutku.
“Wekkk...” aku segera berlari ke masjid terdekat untuk membersihkan lumuran telur yang menimpa tubuhku.
“Huuu amis, tega banget ne teman-teman. Awas mereka besok di sekolah, aku akan diam seribu bahasa pada mereka."
Selesai sudah, meskipun belum bersih tapi paling tidak lumayanlah tak membuat orang jijik di sepanjang perjalanan.
Maghrib....
“Ikhhh amis banget ne toilet.”
“Ya Buk. Tadi ada anak kelas lima mandi disini membersihkan badannya dari telur. Makanya amis begini.”
“Siapa?”
“Saya tak tau namanya Buk. Tapi saya tau orangnya yang mana,” tiba-tiba ku dengar percakapan mereka. Akupun merasa tersindir.
“Nah, ini orangnya Buk.”
“Oooo kamu Resi, kenapa gak langsung pulang saja? Gara-gara kamu toilet masjid jadi bau.”
“Iya Buk, mmaaf Buk!”
“Huh anak zaman sekarang gak tau masjid jadi kotor jadinya,” Bu Guru di masjid itu bergumam sendirinya.
Rasa malu merongrong otakku. Rasa bersalahpun menghinggapi hatiku. Ini gara-gara temanku, huh aku kesel sama mereka. “Awas besok ya!” akupun mengancam dalam hati.
Meskipun dengan rasa kesal, aku bahagia dengan hari ini. Mereka tak lupa dengan hari ulang tahunku. Terima kasih teman-temanku! Hari ini sangat melelahkan, semoga besok jadi hari yang lebih baik bagiku dimana aku adalah manusia yang baru yang terlahir kembali ke dunia ini. Harus menjadi seorang yang lebih dewasa dan lebih bertaqwa tentunya. “Allah berkahi umurku dan jadikan setiap helaan nafasku berkah bagi setiap orang yang berada disekitarku. Allah, aku tak mengharapkan hadiah apapun dari orang tuaku karena aku tahu mereka tak pernah tahu hari ini hari kelahiranku, tapi kasih sayang mereka sudah cukup untukku. Allah izinkan aku membahagiakan mereka dengan prestasi dan cita-citaku yang mampu aku gapai dan mampu ku hadiahan untuk mereka yaitu aku ingin menciptakan syurga impian mereka untuk naik haji. Amiiin....”
Beberapa makna yang mampu ku petik hari ini adalah jauhilah segala kesombongan dan keangkuhan, tempatkanlah sesuatu pada tempatnya, semua pasti dengan hikmah.
Good Night My Diary,,,, semoga tahun depan aku masih bisa berkisah tentang tanggal ini, tentang hari-hariku yang unik. I love You Allah, I Love You My parent, I Love You My fRiend’s.... Mmmuachhhhhhh...............................................................................

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istilah-istilah pada Microsoft office dan pengetikan cepat MS office

BATANG TUMBUHAN

BENTUK HIDUP TUMBUHAN