SAHABAT HARI-HARI CERIAKU,,,,



Part One
ME VS DADAKAN
“Assalamu’alaikum.... Bangun Nak! Waktu shubuh sudah masuk.”
“Iya Ma, dah bangun koK Ma. Dari tadi malah. Biasanya kan tahajjud dulu.”
“O ya sudah, kenapa pintunya masih dikunci?”
“Ya sebentar Ma... maaf ya Ma baru buka pintu. Mama sudah sholat?”
“Sudah, buruan gi beres-beres. Ntar lagi mentari menjelang. Telat pula ntar selesainya.”
“Iya Ma.”
Slalu seperti itu. Kadang-kadang aku bosen. Dari hari ke hari kegiatan itu-itu mulu, gak ada obahnya, jenuh gak karuan. Gak boleh ngeluh! Harus sabar! Sabarrrrr!
“Nah, lo kog bantuin mama sekarang? Emang gak ngajar lagi?”
“Nggak Kak, mengundurkan diri.”
“Mang kenapa? Di rumah kan jadi gak ada kerjaan.”
“Sebenarnya betah ngajar anak-anak Kak. Tapi ya itu ada masalah sedikit disana. Ya bertentangan banget sama prinsipku. Itu yang gak aku suka.”
“Masalahnya apa? Sampai mengundurkan diri segala?”
“Yayasan tempatku mengajar dimusuhi semua pengelola yayasan lain yang bergerak di bidang yang sama. Untuk membela diri, mereka melakukan kebohongan publik. Kakak tau sendiri, aku paling tidak suka dengan kebohongan. Aku diperintahkan membuat surat pernyataan untuk pembelaan dan perkembangan yayasan itu. Padahal aku tak tahu ada skandal apa dan aku tak mau lah memberikan pernyataan yang aku tak mengerti. Lebih baik aku cepat-cepat keluar dari sana agar kebohongan tersebut tidak aku jalani juga.”
“Tapi, sayang kan Kamu hampir satu tahun disana. Apa Kamu tak ingin menyelamatkan sekolah tersebut?”
“Mau banget Kak, tapi kebohongan tidak akan menyelesaikan masalah.”
“Oh ya, hari ini ada pertemuan saksi dari PAN. Kamu sudah dikabari? Kamu didaftarkan sama Bang Dedi untuk jadi saksi.”
“Oh ya?” aku kaget. “Kok gak bilang-bilang dulu?”
Aku tidak menyenangi dunia politik karena politik itu tidak ada yang bersih. Tujuan utama mereka adalah kekuasaan. Walau terkadang mereka menggembar-gemborkan “Jika saya terpilih jadi wakil rakyat, semua aspirasi rakyat dan kesejahteraan rakyat akan saya utamakan,” katanya. Namun setelah terpilih, mereka sibuk memperkaya diri mereka sendiri dan berdalih, “Saya kan rakyat juga, jadi saya harus sejahtera juga kan.” Weleh... weleh... wakil rakyat paling bisa berkilah.
“Cepat pulang, ganti baju gi! Kita berangkat jam delapan tepat. Sekarang dah jam tujuh tiga puluh. Jangan sampai telat! Gak enak nungguin lama-lama.” suara kak Anya mengagetkanku.
Kenapa slalu dadakan begini? Bukan aku banget. Apapun itu aku harus punya rencana dan persiapan, jika gak ada persiapan aku paling gak mood mengikutinya. Baju belum disetrika lagi. Setengah jam mana sempat lagi. Ntar kalo telat pasti diomelin, aku tau banget kak Anya seperti apa. Sebel... pake baju yang ada aja deh. Tapi tak apalah hitung-hitung sudah lama juga gak keluar rumah. Anggap saja jalan-jalan. Mana tau nanti aku dapat cerita dan inspirasi baru. Moga-moga hari ini menyenangkan.
“Lama banget si Susi dah delapan tiga puluh nih. Orang lelet, apa-apa aja slalu lelet. Palingan anaknya buat ulah lagi. Makanya anak jangan dimanja dan kemana-mana mesti dibawa. Gini jadinya kan? Huh, memangnya kerjaan kita cuma untuk nungguin dia aja,” kak Anya mondar-mandir dan ngomel gak jelas.
“Kak, aku berangkat sama Uni Eni. Kalian duluan aja, gak apa-apakan?” orang yang dimaksud tiba-tiba nongol di depan pintu dan segera berlalu dari sana dengan wajah tak berdosa.
“Wah, gila ne orang. Dah nungguin sejaman, kita dah telat acara setengah jam, dia enak saja bilang ‘Kalian duluan aja! Aku berangkat sama Uni Eni’ kalo tau begini mending dari tadi kita tinggalin saja. Dasar gak punya tata krama ne orang.”
“Wah, sumpek kepalaku dari tadi mendengarkan ocehan mulu. Perut keroncongan karena gak sempat makan. Eh tiba disini gak langsung berangkat juga. Nunggu sejaman lagi. Sabar ya perut ya!” gerutuku dalam hati.
 Macet... macet... dan macet. Musim kaya gini, kota Padang bukan kepalang macetnya. Bagaimana tidak, calon presiden masing-masing partai mengunjungi setiap kota untuk berorasi membanggakan partai mereka yang terbaik, maka pilihlah mereka. Sepertinya Padang bakal jadi kota metropolis juga nih.
“Maaf Pak, angkot hanya sampai disini karena sebentar lagi rombongan bapak Jusuf Kalla akan melintasi jalan ini,” beberapa orang polisi mencegat angkot yang kami tumpangi. Tanpa ada perlawanan sopir angkot yang kami tumpangi merasa sedikit menyesal karena tidak bisa mengantarkan kami sampai ke tujuan.
“Maaf Bapak-bapak dan Ibu-ibu, itu artinya semua penumpang menuju Pasar Raya Padang hanya sampai disini,” dengan merasa bersalah pak Sopir menurunkan kami.
Jalan kaki, tapi tak apalah. Aku kan sudah terbiasa jalan kaki. Sesampai di gedung tujuan, kami segera mengisi buku tamu dan kamipun dipersilakan masuk.
“Astaghfirullahal ‘adzhim... apa-apaan ini. Ini gedung apa gudang asap rokok sih? Isinya asap semua. Eh maksudnya ruangannya penuh dengan kepulan asap rokok. Mana tahan aku disini. Aku paling gak bisa mencium bau asap rokok. Ya Rabb, jangan sampai aku pingsan disini! Karena bisa jadi ini pengalaman pertamaku pingsan”
Hal yang biasa terjadi setiap pertemuan partai, mereka mengagung-agungkan partai mereka. Ops, tapi aku lupa sesuatu. Semua mata tertuju padaku. Aduh betapa malunya aku. Kenapa ini terjadi padaku Tuhan? Sudah tadi ngebetein, tambah lagi sekarang,,, Oh My God
“Biasa aja kali. Gak usah parno gitu ah!” seorang teman berusaha menghibur.
“Apa kamu gak lihat penampilanku ini norak banget. Pake jilbab kuning, baju orange, rok warna merah kuning hijau orange.”
“Kan masih nyambung.”
“Iya, tapi apa kamu gak merasa aku seperti seorang penyusup? Jilbabku kuning.”
“Eps sory aku gak berpikiran ke situ. Benar juga sih, semua orang pake jilbab biru dan seragam PAN. Hanya dari kelurahan kita saja yang gak seragam. Orang berpikiran kalo kamu mau ikut kampanye di ruang terbuka hijau Imam Bonjol. Haha... haha... No problemlah. Yang penting kamu masih tetap cantik dan PD.”
“Bisa aja ngeledek. Nah, sekarang itu masalahnya. Aku gak pede dengan penampilan seperti ini.”
Lama-lama aku bosan juga disini. Mata mulai perih, hidung mulai sakit, entah berapa meter kubik ku hirup kepulan asap rokok di gedung ini? Aku jenuh tak ada teman ngobrol. Mereka pada asyik-asyik semua tertawa-tawa gak jelas, adik sepupuku ketemu mantannya, jadi gak bosen dianya karena lagi kangen-kangenan. Boring.... pikiranku salah, bukannya dapat menyenangkan hati, eh malah ngebosenin gini. Aku juga yang salah, mengapa juga ngerjain sesuatu karena terpaksa. Aku kan tipe orang yang gak mau ngerjain sesuatu dengan terpaksa, tapi aku tak bisa menolak keinginan kak Anya.
Pertemuan saksi-saksi saja sudah bosan seperti ini, apalagi waktu jadi saksi ya? Pasti lebih membosankan. Bengong sendirian menunggu rakyat sampai selesai nyontreng, berada pada lingkungan yang belum kita kenal seperti berada di hutan belantara dilirik dari sana-sini seakan siap menerkam. Hua tidakkkkk.... Wah... eps kok aku jadi parno gini ya? Ketahuan banget pertama kali jadi saksi partai.
Lelah merasuk tubuh. Akhirnya sampai juga di rumah, ketika badan lelah seperti ini, pikiran kacau gak menentu, kepala jenuh bukan kepalang, kamarlah obat yang paling menenangkan.
“Tempat tidurku I’m coming, hah,” sejenak ku pandangi langit-langit kamar dan Zzzzz..... akupun terlelap.
***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istilah-istilah pada Microsoft office dan pengetikan cepat MS office

BATANG TUMBUHAN

BENTUK HIDUP TUMBUHAN